Langkah – langkah menulis
cerpen :
1. Observasi : menulis
cerpen berdasarkan pengalaman orang lain.
2. Menentukan tema : Tema
(Ketika persahabatan terpisah oleh jarak)
3. Menentukan latar
(tempat : rumahku dan sekolahku, waktu : sabtu dan minggu, suasana : sedih dan
mengharukan),
tokoh dan watak (Aku : puitis, Sari : egois ), sudut pandang (orang pertama pelaku utama), dan konflik (sahabat yang telah mendapat teman baru di sekolah baru dan miss communication)
tokoh dan watak (Aku : puitis, Sari : egois ), sudut pandang (orang pertama pelaku utama), dan konflik (sahabat yang telah mendapat teman baru di sekolah baru dan miss communication)
4. Menyusun peristiwa –
peristiwa (Alur) : Awal aku masuk sekolah baru dengan rasa hambar karena tidak
ada seseorang yang biasanya bersamaku yaitu Sari, sahabatku. Seiring
bergulirnya waktu, kita mendapat teman baru dan semakin dekat di sekolah kita
masing – masing. Sampai akhirnya kita menyadari bahwa kita sudah jarang
komunikasi membuat kita berusaha memperbaiki keadaan.
Berikut ada contoh cerpen :
Berikut ada contoh cerpen :
KETIKA PERSAHABATAN TERPISAHKAN
OLEH JARAK
Ketika aku tersadar dari
mimpi, hari sudah pagi dan cuaca cukup mendukung untuk berangkat ke sekolah.
Dengan agak malas, aku bangun dari tidurku. Kemudian meninggalkan kamar setelah
membereskannya. Pukul 05:30 tepatnya, aku mandi untuk bersiap – siap berangkat
ke sekolah. Ketika selesai, aku pun memakai seragam sekolah dan bersiap untuk
sarapan pagi. Dengan pakaian pramuka, aku diantar ayahku menggunakan sepeda
motor ke sekolah. Dalam perjalanan, aku merasakan hawa dingin. Seperti biasa,
sebelum memasuki gerbang sekolah, tak lupa aku pamitan dan mencium tangan
ayahku terlebih dahulu. Memasuki gerbang sekolah dengan rasa gelisah, sehingga
ku percepat langkahku menuju kelas. Bertemu teman – teman baru yang perlahan
mulai akrab menjadikan kesenangan tersendiri bagiku.
Hari ini adalah hari
sabtu. Sekolahku mengadakan acara tahunan yaitu persami. Persami mengakhiri
bulan Agustus dan mengawali bulan September. Aku berharap indah saat itu. Malam
ini adalah malam minggu, bintang masih setia menemani. Tak ada persami yang
lebih indah dari ini. Teringat persami sebelumnya bersama sahabatku, Sari. Saat
lari – lari di gelap malam, makan malam dengan menu favorit kita yaitu nasi
goreng, menghangatkan diri di sekitar api unggun, merasakan dinginnya malam
diselimuti jaket kembar kita, kamu tidur di sebelahku dan ketika kita terbangun
tahu – tahu kepalamu bersandar di pundakku, kemudian kita bakar singkong di
sisa abu unggun karena kelaparan tengah malam sedangkan makanan kita telah
habis. Aku kangen saat – saat itu, ketika kita tidak bisa berhenti menertawakan
kekonyolan yang mungkin bagi sebagian orang terasa aneh dan tak lucu. Aku juga
kangen saat – saat menyebalkan ketika kamu egois di pagi hari. Aku kangen semua
itu, sahabat. Kini pukul 00:00, teman – temanku sudah terlelap di dalam tenda
sedangkan aku masih belum tidur, kalau kamu sedang apa Sar? Apa kamu sedang
bersama Donghae, seseorang yang selalu kamu puji dihadapanku. Kalau saja kamu
pegang hp pasti rindu malam ini akan sedikit melegakan dengan kabar darimu
meskipun hanya melalui sms. Malam ini kamu juga persami di sekolahmu. Iya, ini
pertama kalinya kita persami beda gerbang sekolah. “Baik – baik di sana ya
Sari, aku sudah meminta bintang untuk menjagamu malam ini kok.” batinku.
Lamunanku buyar ketika temanku menyapaku dengan suara cukup keras yang
membuatku kaget “Dor… he Rum, ngelamun ae bengi – bengi iso kesurupan loh”. Aku
hanya tersenyum membalas sapaannya.
Malam semakin larut,
dingin semakin mencekam, tapi rindu ini yang menghangatkanku. Awalnya semua
biasa saja, seakan semua baik – baik saja. Tetapi tersadar dari lamunanku,
ketakutanku semakin terasa nyata mungkin karena seiring bergulirnya waktu
komunikasi kita semakin berkurang, membuat aku bertanya – tanya dan menerka –
nerka arti lamunan malam itu. Jujur aku takut kehilanganmu, Sar. Berbeda
sekolah bukan suatu penghalang menjalin persahabatan, bahkan persahabatan dunia
maya dapat terjalin. Di sekolah baruku aku mempunyai teman – teman dekat, aku
tahu kamu juga seperti itu. Meskipun kita sudah saling kenal dengan teman –
teman dekat kita di sekolah masing – masing, kalau aku boleh jujur aku ada rasa
sedikit iri kepada mereka. Mereka lebih leluasa melihat kamu tersenyum baik
senang maupun duka, senyummu yang biasanya memberiku semangat, mereka juga
menjadi pendengar yang baik buat kamu, mereka lebih tahu keadaanmu, kamu pun
lebih banyak cerita kepada mereka dibanding aku. Bisa dikatakan mereka sebagai
pengganti aku ketika aku tak bisa bersamamu. Kini aku telah tersingkirkan oleh
orang – orang yang mungkin lebih bisa membahagiakanmu. Itulah awal aku
menyadari bahwa kita yang sekarang bukanlah kita yang dulu. Kita yang sekarang
adalah kita yang lebih disibukkan dengan sekolah baru, tugas sekolah, bahkan
teman – teman baru yang lebih dekat dengan kita. Dulu, aku satu – satunya
sahabat yang kamu perlakukan khusus seperti aku kau spesialkan. Tapi
kenyataannya saat ini sungguh menyakitkan, keadaan persahabatan kita sudah
berbanding terbalik. Tak hanya aku yang kamu perlakukan seperti itu, mereka
adalah teman – teman dekatmu. Benarkah begitu, Sar? Atau ini hanya perasaanku
yang terlalu cepat beranggapan seperti itu. Mereka sangat beruntung bisa
bersamamu hampir setiap hari sedangkan aku, sahabatmu sendiri tak bisa
melakukan lebih untuk menunjukkan aku sebagai sahabat terbaikmu. Aku harus akui
ini “Jarak memang kejam, mengubah yang indah menjadi gelisah. Aku benci jarak”.
Wajar saja aku merasakan gelisah seperti ini, mungkin Sari juga merasakan hal
yang sama. Apalagi, teman – teman baru semakin menguasai dan memperburuk
keadaan karena mereka juga menjadi penyebab kesalahpahaman kita. Seakan – akan
aku dengan Sari dijauhkan oleh mereka dan semua itu di luar keinginan kita.
Saat hatiku terluka dan terbuang, sekuat mungkin aku akan membuktikan aku akan
bertahan dengan semua beban ini. Detik demi detik, aku terus berusaha meyakinkan
diriku sendiri bahwa sesibuk – sibuknya Sari, tetap aku sahabat terbaiknya.
Kita sama – sama menunggu sampai berakhirnya kisah tragis ini. Aku berharap
anggapan negatifku itu salah, kenyataan tidak seperti yang aku bayangkan,
bahkan persahabatan kita akan lebih indah di hari esok karena semua akan
berpihak kepada kita. Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kita hingga
apa yang kita inginkan tercapai, sukses buat kita. Aku mengenal Sari sejak
kelas 5 SD, dia adalah sosok penyayang sahabatnya.
Jika senja pasti akan
tergantikan oleh fajar. Keesokan hari yang menjadi buktinya, pagi – pagi sekali
aku sudah dibuat terharu ketika membaca sms dari Sari “Wee aku mambengi mimpi
kamu, kamu cuek nang aku gara – gara nggak pernah sms kamu, ketemu kamu. Aku wedi,
kita masih tetep kan? Cuma kita yang jarang komunikasi. Aku kangen Arum, Sari
sayang Arum”. Rindu ini semakin menjadi – jadi kala itu dan terus berlanjut.
Tetap saja kita harus menjalani ini, kita hanya bisa berbagi tanpa harus
bertatap muka. “Bersenang – senanglah karena hari ini akan kita rindukan.”
ujarku kepada Sari. Setidaknya itu sudah cukup menghilangkan rindu kita selama
ini dan aku menikmati kebersamaan saat itu, aku pun bisa lebih menghargai
kebersamaan. Layaknya kita dulu, kalau sudah bertemu pasti ingin berlama – lama
hanya sekedar untuk berbagi cerita. Ada sedikit perbedaan dengan sekarang, kita
ingin terus cerita semua yang terjadi selama ini dan yang mungkin tidak sempat
kita ceritakan saat hal itu terjadi.
Dari pembicaraan panjang
kala itu, membuahkan hasil yang begitu berharga bagi kita. Ternyata harusnya di
antara kita tak ada ketakutan dan keraguan karena persahabatan kita baik – baik
saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Kita belajar banyak
hal dari semua yang terjadi saat itu, kita belajar sabar dan ikhlas. Semua akan
indah pada waktunya, sebuah penantian yang berujung pertemuan membahagiakan.
Yang paling penting kita harus saling percaya dan jangan sampai kita putus
komunikasi. Kita sangat beruntung bisa bersahabat dengan baik karena tak banyak
orang yang bisa mempunyai sahabat padahal kisah terindah adalah saat – saat
bersama sahabat. Kita memang terpisahkan oleh jurang jarak jauh, tapi biarkan
doa yang menjadi jembatannya. Biarkan kisah ini menjadi kenangan manis sebagai
pembelajaran kita yang sudah aku abadikan dalam tulisan ini karena ini begitu
indah dan aku sangat menikmatinya. Tetaplah menjadi sahabat selamanya, Sari.
0 komentar:
Posting Komentar